#3 The Puzzle

-Reyza
24 Agustus 2008

Akhirnya semua telah selesai, perjuangan berat selama 4 tahun dibayar dengan suatu pengumuman yang menyatakan aku telah lulus dari kampus ini. All the hard work, all the sacrifices, all the sleepless nights, every caffeine that I used to keep my mind working, and the photo that made me belive you’re always there for me. Semua itulah yang membantuku sampai ke titik ini. Tidak mudah memang, mencoba terus berusaha dikala mengharapkan sesuatu yang hampir mustahil untuk terjadi. Tapi aku mengerti, bahwa cinta tidak selamanya harus saling memiliki.

Namun, mengapa masih ada yang terasa salah dalam diri ini?

Wajar saja, dengan semua perasaan yang tidak sempat tersampaikan, rasa kekecewaanlah yang ada dalam diriku sekarang. Mungkin setelah ini, aku akan mencoba merangkai puzzle yang baru. Terlalu banyak potongan yang telah hilang pada puzzle yang lama, tak dapat digantikan oleh potongan lainnya. Tetapi, apakah aku akan benar-benar terlepas dari kesedihan ini ketika memulai segalanya dari awal lagi?

Sebelumnya, susunan puzzle itu hampir selesai, susunan yang disusun secara hati-hati setiap potongannya. Namun tiba-tiba ia menghilang tanpa mengatakan apapun, ikut membawa serta beberapa potongan puzzle, membuatnya tak akan lagi sempurna. Padahal, hanya tinggal beberapa potong lagi untuk menyempurnakan puzzle tersebut.

Wisuda tinggal seminggu lagi, namun lihatlah diriku! Masih sibuk berkutat dengan segala pikiran yang berkecamuk di kepala ini. Seharusnya sekarang aku fokus dengan masa depan yang akan kuambil, jangan sampai urusan tentang perasaan ini mematikan anggota tubuh yang lain, cukup hati ini saja. Walaupun pada akhirnya selalu terbayang pikiran ini dikala sepi menemani.

Will she come to my graduation?

Pikiran itu berulang kali terbayang di pikiranku, mungkin inilah satu-satunya harapan terakhir yang aku miliki. Ketika dia datang, itu akan berarti banyak bagiku. Memberikan seribu harapan yang baru. Mengembalikan potongan-potongan puzzle yang hilang. Aku tidak memerlukan hadiah-hadiah, kata-kata pujian, ucapan-ucapan selamat bahkan dari rektor sekalipun. Yang kubutuhkan saat wisuda nanti hanyalah dirinya, bahkan aku tidak akan bertanya apapun kepadanya, tidak akan bertanya mengapa keputusan tersebut dia ambil. Cukup kehadirannya, walaupun hanya 1 menit. Itu sudah lebih dari cukup.

Ketika potongan puzzle itu sempurna, aku akan menyampaikan semua perasaanku padanya.



-Ilana
20 Maret 2008

Sudah beberapa minggu ini aku mencoba sebisa mungkin menghindari Reyza, namun mengapa masih seperti ada sesuatu yang terasa salah? Tidak bisakah ia bersikap biasa saja padaku seperti pada gadis lainnya? Sudah berkali-kali aku menolak perasaan itu, perasaan yang timbul ketika Reyza berada di dekatku. Semakin dalam perasaanku, semakin membuatku tak bisa lepas darinya, membuat hati ini semakin terasa sakit. Aku masih belum siap merasakan perasaan-perasaan seperti ini. Pada akhirnya, setiap tumbuh perasaan kepada dirinya, selalu aku potong perasaan-perasaan itu. Namun, haruskah aku memutuskan untuk berhenti menemuinya? Agar aku dapat mencabut perasaan ini hingga ke akarnya?

Ini semua karena aku belum bisa melepaskan cerita lamaku, cerita yang membuatku terjebak dalam segala kerumitan perasaan ini.
I’m still bound by the life that he left behind

Ya, aku belum bisa meninggalkan masa laluku, masa-masa aku masih bersamanya. Sahabatku dari SMA, tempat aku berbagi cerita suka dan duka, pun begitu juga sebaliknya, aku adalah tempat ia berbagi semua cerita yang ia alami. Dia selalu menjadi awal dan akhir dalam setiap cerita yang kualami. Ketika tiba-tiba dia menyatakan perasaan padaku, itu adalah hal yang sangat tidak terduga dan mungkin salah satu momen paling indah dalam hidupku.
I’m lucky I’m in love with my best friend.

Terlalu banyak kenangan indah yang kami miliki, kemanapun ada dia, disitulah aku berada. Dia yang selalu mengerti semua hal tanpa kuucapkan, dia yang selalu ada bahkan ketika aku berada dalam posisi terbawah dalam hidupku, dia yang selalu dapat membuat hari-hari buruk-ku kembali menyenangkan, dia yang selalu menyediakan pundaknya sebagai tempat aku bersandar dari semua masalah yang ada.
He make it easier when life gets hard.

Saat ia akan melanjutkan kuliahnya di luar negeri, aku sempat sangat tertekan. Aku tahu bahwa itulah keinginan terbesarnya, dan dia sudah berusaha sangat keras untuk mendapatkannya. Aku merasa menjadi wanita paling egois di dunia, bagaimana bisa aku menghalangi mimpi seorang yang sangat kusayangi? Namun dengan sabarnya dia memberikan penjelasan kepadaku dengan kata-katanya yang penuh pengertian. Akhirnya aku pun mengerti, mungkin yang aku butuhkan darinya hanyalah keyakinan, keyakinan bahwa walaupun kami terpisah oleh jarak dan waktu, namun itu bukanlah menjadi penghalang untuk hubungan kami berdua.

Tapi ternyata itu merupakan terakhir kalinya aku berbicara dengannya. Satu bulan setelah keberangkatannya, aku tidak mendapatkan kabar apapun. Aku mencoba bersabar, aku sudah berjanji pada diri sendiri bahwa aku tidak akan selalu mendukungnya apapun yang terjadi, dan aku harus mencoba memahami sulitnya mengirimkan kabar dari sana. Namun ternyata pada bulan-bulan selanjutnya tetap tidak ada kabar darinya, dan teman-temannya tidak tahu juga kabar darinya sama sekali. Dia seperti menghilang begitu saja dari dunia ini.

Aku ingin melampiaskan semua perasaan yang ada dalam diriku, perasaan kesal dan marah karena dia tak menepati janjinya. Semua yang dikatakannya untuk meyakinkanku dulu, sekarang hanya menjadi goresan luka di hati ini. Tetapi aku tidak tahu bagaimana cara melampiaskan semua perasaan ini padanya, aku bahkan tidak tahu apakah yang aku rasakan sekarang perasaan benci atau ketakutan jika aku tidak dapat bertemu dengannya lagi. Aku benar-benar tidak dapat mendefinisikan perasaan yang kualami sekarang.

Dia pergi menghilang begitu saja, dengan membawa seluruh perasaanku yang ada padanya.

Malam demi malam aku masih terus memikirkan dirinya, mengenang segala cerita masa lalu kami berdua. Suara tangisan menyapu sepinya kamarku, aku tak kuasa membendung kesedihan ini. Aku hanya dapat menatap fotoku dan dirinya saat kami masih bersama. Aku masih dapat membayangkan genggaman tangannya, senyum manis dibibirnya, hangatnya pelukannya, dan berbagai hal yang pernah kita lakukan bersama

Ketika seseorang yang begitu berharga hilang, dan kau bahkan tidak tahu harus menyalahkan atau melampiaskan kemarahanmu pada siapa, kau hanya akan merasakan rasa sakit yang tak bisa kau hilangkan sama sekali. Membiarkannya terus memenuhi isi dari perasaanmu. Menyalahkan malam atas setiap tangisan yang tak dapat terbendung.

Lalu apa artinya semua kenangan yang kami miliki, semua janji-janji kehidupan masa depan bersama. 
You say when i cried, you’d wipe away all of my tears..
Then why you became the one that made my tears won’t stop?

Alasan itulah yang membuatku masih belum bisa menerima sepotong hati yang baru. Sebagaimanapun aku berusaha menghilangkan pikiranku darinya, pikiran tersebut terus menghantuiku setiap malamnya. Jadi maafkan aku Reyza, mungkin keputusan inilah yang terbaik untuk kita berdua.
his presence still lingers here and it won’t leave me alone. 

#Part 4

Comments

Popular Posts