Our Trip to Hidden Waterfall in Bali
Before we run out of time, we'll travel enough to meet ourselves.
Kesibukan Jakarta setiap harinya, dari desing bunyi kendaraan, suasana kereta penuh sesak, kemacetan di setiap sudut jalan, polusi yang kian menjadi, terkadang membuat diri kita merindukan alam beserta suaranya... so we're looking for a getaway place. Not for escape life, but for life not to escape us.
Ketika hari Sabtu kita bertiga (gua azka rifky) lagi punya waktu kosong, biasanya kita bertiga nginep di rumah gua untuk ngobrolin berbagai macam hal. Di obrolan kali ini, kita merencanakan untuk travel ke Bali untuk mengunjungi desa wisata binaan ayahnya Azka sekalian refreshing dari kepadatan ibu kota. Nama desanya adalah desa Selumbung di Karangasem, Bali. Disana kita bermalam di rumah mas Ketut, yang banyak bekerjasama dengan ayahnya Azka dalam memajukan berbagai potensi desa Selumbung.
Kita bertiga mengambil waktu travel ketika long weekend 17-an, jadi kita naik pesawat yang jam 4 sore karena paginya Azka harus menunaikan kewajiban upacara dulu di kementrian. Jadi selesai upacara Azka langsung ke Bandara nyobain naik kereta bandara (yang gua harap commuter line pagi bisa sesepi kereta ini), terus ketemuan dengan gua dan rifky di bandara.
getting ready for our flights
Kita sampai bandara I Gusti Ngurah Rai sekitar jam 7 malam, dan langsung mengambil mobil sewaan kita di parkiran Bandara. Kita makan malam dulu di Bandara karena memakan waktu kurang lebih 2.5 jam untuk sampai ke desa selubung,
Di jalan hujan lumayan deras, dengan keadaan jalan yang tidak ada penarangan jalannya. Tapi karena hujan ini perjalanan kita cukup lancar karena tidak banyak kendaraan di jalan. Sampai ke kabupaten Karangasem waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, untungnya malam itu sambil gelap-gelapan google maps kita masih lancar, dan hujan sudah mulai reda.
Kita mengambil belokan ke kiri dari Jalan utama untuk menuju ke desa Selumbung, jalannya kecil tapi sudah full aspal. Pokoknya seperjalanan itu gelap parah dan sepi, di beberapa bagian jalan yang kita temui hanya hutan-hutan di kanan kiri jalan. Tapi serius, keadaan dan hawa jalanan ketika besok paginya kita lewatin dengan keadaan malam itu bener-bener beda jauh haha 😅
The silent three-way junction
Di Google maps, tiba-tiba perjalanan kita berakhir di suatu pertigaan, kalau lurus jalannya jadi semakin sempit, dan di kanan ada tanjakan curam dengan batu hiasan-hiasan khas bali yang sepertinya menuju ke suatu tempat. Sebetulnya di balik daun-daun di tengah pertigaan itu kaya ada semacam papan kayu petunjuk jalan, karena ga ada yang berani turun, akhirnya gua memberanikan turun buat menyingkap daun yang nutupin papan tersebut. Kebayang kan kalau di film horror biasanya yang turun mobil duluan gini yang diincer pertama oleh hantunya 😥
Untungnya pas gua balik ke mobil si azka udah teleponan dengan mas ketut, dan ternyata rumah / vilanya itu adalah di jalan tanjakan ke kanan ini, terus mas ketutnya turun ke bawah nyamperin mobil kita buat nunjukin ke tempat parkir mobilnya.
Jadi Rumah sekaligus vilanya mas ketut ini bener-bener bernuansa bali mulai dari pintu masuk, hiasan-hiasan tamannya, hingga ukiran-ukiran batu di dinding kamar vilanya, pokoknya the best banget deh, sayang gak banyak moto disini
https://goo.gl/maps/77W4BAoATdq
Check this link, jadi ini share lokasi dan foto oleh mas ketut di gmaps buat lokasi vilanya.
Btw ternyata mas ketut nyiapin juga makan malem, jadi kita ngobrol-ngobrol malem tentang segala hal, dan gak boleh selesai kalau makanan yang ada belum habis wkwk. Obrolan kita malem itu mengangkat segala topik dari yang ringan sampai yang berat. Mulai dari sedikit cerita kehidupan masing-masing, potensi besar industri pariwisata disini, hingga ke berbagai regulasi industri yang ditetapkan oleh pemerintah. Sampai tak terasa kita mengobrol hingga jam 1 malam, dan kita lanjut istirahat tidur untuk perjalanan keesokan harinya.
Paginya dari subuh hujan lumayan deres, sampai jam 7 pagi pun masih gerimis, akhirnya kita santai-santai dulu sambil sarapan dan ngobrol sama mas ketut (lagi-lagi makanannya banyak dan harusss habis) wkwk.
Breakfast for energy throught the day
Sebenernya banyak banget destinasi yang mau kita kunjungin hari ini, rencananya sih kita dari sini jalan-jalan terus langsung ke kuta karena malemnya kita udah pesen hotel di kuta. Tapi karena kemarin nyampenya kemaleman dan masih pengen ngobrol dengan mas ketut, kita memutuskan berangkat ke kutanya habis maghrib dari sini, lagian kita belum ke destinasi favorit desa selubung, Air Terjun Yeh Labuh, yang dulu pernah dikunjungin Beckham sekeluarga ketika liburan ke Bali.
Destinasi pertama kita adalah Bukit Asah (https://goo.gl/maps/CWoCdC8tJds), dari desa Selubung membutuhkan waktu perjalanan sekitar 1 jam lebih buat sampai kesini. Di pintu masuk area bukit asah dan virgin beach, ada pos warga tempat kita dapat berdonasi, disini kita berdonasi minimal 15rb namun bisa lebih juga untuk membangun sarana pariwisata disini.
the road to freedom
btw hasil obrolan kita dengan mas ketut, membangun daerah wisata itu sangat sangat susah, banyak regulasi pemerintah sana sini, penduduk gak bisa membuka posko tiket untuk menagih wisatawan, padahal diperlukan dana yang sangat banyak untuk mengembangkan industri pariwisata daerah tersebut, akhirnya hanya bisa membuat posko sumbangan seperti ini.
Ok back to the story, ketika kita sudah mendekati bukit Asah, pemandangan di kanan kiri jalan sudah terbentang pantai yang indah banget, ada juga perkebunan kelapa sawit yang mengingatkan gua akan kerjaan di kantor :(
Beach and palm oil plantation view
Ketika sudah sampai di posisi tertinggi Bukit Asahnya, didepan jalanan jadi berasa dead end, padahal ada jalan lagi ke bawah untuk menuju pantai pasir putih / virgin beach.
There's a secret way at the dead end ahead
Di pinggiran tebing bukit asah ini, ada tempat yang the best banget untuk berfoto, ada semacam ayunan yang menggantung di pohon, dan di depannya pemandangan pantai yang bener-bener indah. Kebayang lah yaa asiknya main ayunan dengan pemandangan kaya gini
Di spot ini kita lumayan ngabisin waktu buat foto dengan si Rifky sebagai juru foto dan pengarah adegannya.
laugh for the endless office work
Selesai dari sini, kita ngelanjutin perjalanan ke bawah bukit, ke Pantai Pasir Putih, atau para turis mancanegara menyebutnya dengan nama Virgin Beach (https://goo.gl/maps/arCPbeWWAn12), karena tempat ini memang belum banyak terjamah dan diketahui orang-orang.
The beach-that-still-virgin
Pantai ini the best banget sih pemandangannya, pasirnya masih putih, airnya the real definition of ocean blue colour, terus gak ada sampah sama sekali di pantainya, dan kayanya semua yang ada disini bule-bule, kecuali kita bertiga, dan satu dua rombongan lainnya.
put those cell phone away and let the sound of the sea replace that notification sound
Disini tersedia banyak tempat penyewaan tenda pantai yang cozy banget, seharga 20rb per tenda dan tidak ada batas waktunya. Terdapat pula ibu-ibu yang menawarkan jasa pijat sambil berjemur di pantai, beberapa bule-bule menggunakan jasa ibu-ibu ini untuk bersantai menikmati waktu berjemur mereka sambil mengawasi anak-anaknya bermain di pinggir pantai.
Tersedia juga jasa penyewaan perahu bagi yang ingin berkeliling pulau dan bersnorkling, kita bertiga mendapat harga 100rb per orang untuk snorkling dan memutari laut di sekitaran pantai ini. Ketika harganya sudah deal, masnya langsung menyiapkan kapal kayu beserta motornya.
getting ready to sail!!
Lumayan heboh sih proses ngangkat kapalnya dari pantai ke laut, tapi jadi hiburan tersendiri buat bule-bule yang motoin kita yang mau berlayar ini haha.. Buat nurunin perahunya ke laut, masnya dibantu beberapa penduduk setempat yang udah bersiap, terus motornya yang kelihatannya super berat juga diambil dulu, dan dipanggul sendirian oleh masnya buat dipasang di kapal.
Setelah kita naik, kita menunggu dahulu ancang-ancang ombak besar datang, lalu ketika ombak datang, kapal langsung didorong sekuat tenaga agar ikut terbawa ombak ke tengah lautan.
waiting for the waves that will take us to the infinite blue
Semakin kita menjauhi pantai, kita jadi bisa melihat bagaimana indahnya virgin beach dari kejauhan, jajaran tenda pantai dengan berbagai warna, pasir putih yang membentang sepanjang pantai, dan para turis yang bermain ombak di pinggir pantai.
First, pak wayan (our captain today) mengajak kita melewati bukit Asah dari laut, terlihat jejeran tenda-tenda camping yang menghadap laut. Menurut gua bakal the best sih kalau camping disana, menikmati sunyinya malam yang ditaburi bintang-bintang di atas laut, atau melihat kapal pesiar yang sedang berlayar dikejauhan, maybe next time lah ya.
Setelah itu kita melewati gua kelelawar, gua yang terbentuk secara alami ini punya pintu masuk yang sangat besar, sebetulnya kalau dikelola bisa jadi tempat wisata alam yang cool abis.
Habis melewati gua kelelawar kita terus melaju hingga memutari pulau Paus (https://goo.gl/maps/zr7a7bEC1gF2), kalau dilihat dari atas pulau ini memang mirip seperti ikan paus, namun selain itu nama ini diambil karena ketika terhempas ombak, pulau ini akan mengeluarkan semburan air dari tengah-tengah pulaunya seperti ikan paus!! Pada pulau paus juga diadakan upacara keagamaan setiap tahunnya.
Setelah itu kita ke diajak spot snorkelingnya, sebetulnya masih kurang bagus jika dibandingkan dengan spot snorkling di phawang, mungkin karena airnya sedang agak keruh. Tapi kata pak wayan disini ada kura-kura besar yang dapat terlihat jika kita lagi beruntung.
Selesai snorkeling, kita kembali lagi ke pantai, menikmati pemandangan dari bawah tenda pantai, gua dan rifky main air sebentar, menunggu datang ombak besar, dan kegirangan setiap terhempas ombak 😁
Selesai dari sini sebetulnya masih banyak tempat wisata seperti tirta gangga, taman ujung, rumah pohon bukit lemped, but we're running out of time today :(
So, dari sini kita balik lagi ke Vila buat ngeliat air terjun yet labuh, sekalian packing barang buat pindah ke hotel di kuta.
Sampai ke vila, kita langsung pergi ke air terjun yet labuh (https://goo.gl/maps/q65v4ZuKQJ92) dengan mas ketut sebagai pemandunya. Kita jalan melewati beberapa rumah dengan dinding batu-batu ukiran khas bali, dan melewati jalan setapak di tengah hutan sampai ke lokasi air terjunnya.
Setelah perjalanan kurang lebih 15 menit, kita akhirnya sampai juga di air terjunnya. Air terjun ini terdiri dari 2 layer, yang pertama tingginya 45m dan yang kedua totalnya bisa hingga 60m. Tapi untuk melihat layer ke 2 air terjun ini, harus naikin tebing pertama menggunakan tali, karena kemarin kesana sehabis hujan seharian, jadi berbahaya untuk naik ke layer ke 2 karena bebatuannya pasti licin. Oleh karena itu kita harus puas dengan pemandangan di layer pertama ini.
Selesai dari sini, kita ngelanjutin perjalanan lagi ke Toko oleh-oleh Krisna yang ada di jalan Sunset Road, disana lumayan banyak yang kita beli, tapi Pie Susu tetep yang paling utama!! Setelah puas beli oleh-oleh kita lanjutin perjalanan ke Bandara, kali ini kita sengaja buat lewatin tol laut buat ke Bandaranya. Di Tol Laut ini kita bisa melihat patung Garuda Wisnu Kencana yang baru diresmikan jadi on of the tallest statue in the world!
Sebelum sampai bandara, kita makan dulu di Restoran Ayam Betutu khas Gilimanuk yang berada di jalan Raya Tuban agar dekat dari Bandara. Di Bandara pesawat kita delay setengah jam, tapi karena delay ini kita jadi bisa melihat Sunset dari Bandara.
So this is our story in Bali, dari perjalanan ini banyak sekali bekal yang kita bawa pulang ke kehidupan rutinitas kita. Banyak hal yang kita pelajari dari perjalanan ini, terutama dari sharingnya mas Ketut. Terbesit impian kita bertiga untuk ikut membangun industri pariwisata di Desa Selumbung, jadi ketika kita kembali lagi kesini kita sudah mempersiapkan banyak "bekal" perjalanan.
First, pak wayan (our captain today) mengajak kita melewati bukit Asah dari laut, terlihat jejeran tenda-tenda camping yang menghadap laut. Menurut gua bakal the best sih kalau camping disana, menikmati sunyinya malam yang ditaburi bintang-bintang di atas laut, atau melihat kapal pesiar yang sedang berlayar dikejauhan, maybe next time lah ya.
Bukit Asah from the sea
Setelah itu kita melewati gua kelelawar, gua yang terbentuk secara alami ini punya pintu masuk yang sangat besar, sebetulnya kalau dikelola bisa jadi tempat wisata alam yang cool abis.
The Bat Cave
Habis melewati gua kelelawar kita terus melaju hingga memutari pulau Paus (https://goo.gl/maps/zr7a7bEC1gF2), kalau dilihat dari atas pulau ini memang mirip seperti ikan paus, namun selain itu nama ini diambil karena ketika terhempas ombak, pulau ini akan mengeluarkan semburan air dari tengah-tengah pulaunya seperti ikan paus!! Pada pulau paus juga diadakan upacara keagamaan setiap tahunnya.
Whale that turned to be an Island
Setelah itu kita ke diajak spot snorkelingnya, sebetulnya masih kurang bagus jika dibandingkan dengan spot snorkling di phawang, mungkin karena airnya sedang agak keruh. Tapi kata pak wayan disini ada kura-kura besar yang dapat terlihat jika kita lagi beruntung.
Selesai snorkeling, kita kembali lagi ke pantai, menikmati pemandangan dari bawah tenda pantai, gua dan rifky main air sebentar, menunggu datang ombak besar, dan kegirangan setiap terhempas ombak 😁
bule dari arab - padang 😆
Selesai dari sini sebetulnya masih banyak tempat wisata seperti tirta gangga, taman ujung, rumah pohon bukit lemped, but we're running out of time today :(
So, dari sini kita balik lagi ke Vila buat ngeliat air terjun yet labuh, sekalian packing barang buat pindah ke hotel di kuta.
Sampai ke vila, kita langsung pergi ke air terjun yet labuh (https://goo.gl/maps/q65v4ZuKQJ92) dengan mas ketut sebagai pemandunya. Kita jalan melewati beberapa rumah dengan dinding batu-batu ukiran khas bali, dan melewati jalan setapak di tengah hutan sampai ke lokasi air terjunnya.
the colors of nature
Setelah perjalanan kurang lebih 15 menit, kita akhirnya sampai juga di air terjunnya. Air terjun ini terdiri dari 2 layer, yang pertama tingginya 45m dan yang kedua totalnya bisa hingga 60m. Tapi untuk melihat layer ke 2 air terjun ini, harus naikin tebing pertama menggunakan tali, karena kemarin kesana sehabis hujan seharian, jadi berbahaya untuk naik ke layer ke 2 karena bebatuannya pasti licin. Oleh karena itu kita harus puas dengan pemandangan di layer pertama ini.
1st layer waterfall
Sehabis dari air terjun kita kembali lagi ke vila untuk packing sambil menunggu waktu maghrib. Lagi-lagi kita disuguhkan makan yang porsinya banyak banget oleh mas ketut dan seperti biasa harus dihabisin sampai ga bersisa haha 😂
Kita melanjutkan perjalanan ke Kuta sehabis maghrib, saat perjalanan jalanan cukup lenggang baru mulai macet ketika sudah mau ke arah Kuta karena hari itu malam minggu. Kita menginap di Maya Village hotel, hotel ini menurut kita worth it banget dengan harga yang cukup murah kita dapat hotel yang bagus dan bersih, tersedia juga parkiran mobil disini. Selain itu hotel ini terletak cukup dekat ke area pantai kuta, hanya 15 menit berjalan kaki.
Sesampainya di hotel, kita langsung keluar lagi untuk jalan-jalan di jalan legian yang makin malam makin hidup, karena sudah jam 10 malam, beberapa toko-toko ruko di pinggir jalan sudah mulai tutup, club-club dan Cafe mulai tambah ramai pengunjung dan lagu-lagu yang diputar semakin keras. Pada bagian depan setiap club, ada pegawainya yang menggunakan berbagai macam kostum untuk menarik pengunjung, ada juga club yang menggelar foam party malam itu, gua tau dalam hati terdalamnya si Rifky mau ikutan foam party bersama bule-bule haha.
Paginya kita sarapan di hotel, pilihan menunya ada fried noodels, pancake with scrambled eggs, sama cereal. Setelah sarapan kita siap-siap untuk checkout dari hotel. Sehabis checkout dari hotel mobil kita parkir di parkiran pantai kuta, dan setelah itu kita jalan-jalan lagi sepanjang pantai kuta. Keadaan pagi masih lenggang, club-club tutup sehabis all night party nya, toko-toko pernak-pernik sudah mulai buka, dan beberapa orang terlihat sedang berjalan ke arah pantai seperti kita bertiga.
Surfing Beach, Kuta
Di kuta kita memutuskan tidak berenang untuk menghemat waktu, setelah jalan-jalan di sepanjang pantainya kita jalan lagi ke area pertokoan untuk membeli oleh-oleh. Seriously harga aksesoris atau apapun itu di ruko-ruko di jalan pantai kuta atau jalan legian terbilang mahal jika dibandingkan di Krisna, tapi disini banyak aksesoris langka yang ga kita temui di Krisna, jadi asal milihnya bener tetep worth it untuk beli oleh-oleh disini.
it's sooo hot in there
Hard Rock Kids
Take a walk in downtown
Selesai dari sini, kita ngelanjutin perjalanan lagi ke Toko oleh-oleh Krisna yang ada di jalan Sunset Road, disana lumayan banyak yang kita beli, tapi Pie Susu tetep yang paling utama!! Setelah puas beli oleh-oleh kita lanjutin perjalanan ke Bandara, kali ini kita sengaja buat lewatin tol laut buat ke Bandaranya. Di Tol Laut ini kita bisa melihat patung Garuda Wisnu Kencana yang baru diresmikan jadi on of the tallest statue in the world!
Sebelum sampai bandara, kita makan dulu di Restoran Ayam Betutu khas Gilimanuk yang berada di jalan Raya Tuban agar dekat dari Bandara. Di Bandara pesawat kita delay setengah jam, tapi karena delay ini kita jadi bisa melihat Sunset dari Bandara.
last sunset in Bali
So this is our story in Bali, dari perjalanan ini banyak sekali bekal yang kita bawa pulang ke kehidupan rutinitas kita. Banyak hal yang kita pelajari dari perjalanan ini, terutama dari sharingnya mas Ketut. Terbesit impian kita bertiga untuk ikut membangun industri pariwisata di Desa Selumbung, jadi ketika kita kembali lagi kesini kita sudah mempersiapkan banyak "bekal" perjalanan.
Comments
Post a Comment