We're all cowards
We're all cowards
We just see what we want to see
Some people are invisible for us
Kita hanya melihat apa yang ingin kita lihat. Hanya merasakan apa yang ingin kita rasakan.
Menurut gua, tanpa kita sadari kita selalu membatasi dunia kita, membagi dunia berdasarkan tingkatan-tingkatan kasta yang secara tidak sadar kita buat dalam pikiran kita sendiri.
Buat orang yang baru ngerasain kerja kantoran dan ngerasain dapet penghasilan, mungkin dunia yang kita lihat adalah dunia dimana gadget baru is a must, fashion branded, hunting makanan hits, ke tampat-tempat yg lagi in, dll. Jadi dimanapun kita berada, mungkin hal yg kita notice pertama kali dari orang lain adalah brand pakaiannya, dan apa gadget yg dipegangnya.
Kita yang di dunia ini akan menutup mata soal tuna netra yg mengamen di pinggiran jalan, tukang becak yg setia mangkal depan stasiun tanpa penumpang, atau opang bapa-bapa tua yg tak lelahnya berusaha menawari tumpangan.
Kita takut.
Kita takut membayangkan berapa penghasilan orang-orang itu setiap harinya, takut membayangkan bagaiman kehidupan nantinya bagi orang-orang itu, takut memberi karena sadar apa yang diberi tidak sebanding dengan harga gadget yang dipegang atau pakaian yg kita gunakan.....
Yes we're cowards
Kita menyembunyikan diri kita pada gadget, melakukan pelarian ke sosial media. Make sure tetap merasa di dunia sendiri dengan melihat setiap update di dunia maya. Takut merasakan dunia lain yang berada di sekeliling kita.
Namun kita juga menutup mata dari orang-orang hits di sosial media yang selalu jalan-jalan ke luar negri setiap minggunya, update foto dengan mobil atau benda mewah lainnya, and simply says he/she isn't in my league.
Kita tidak mau membayangkan diri kita diposisi mereka, karena kita sadar bukan anak sultan, dan tidak ada usaha lebih untuk dapat beasiswa ke luar negri, atau tidak ada usaha lebih untuk mengembangkan diri sendiri.
Kita takut. Takut menjadi sadar bahwa kita cukup puas dengan keadaan sekarang, takut untuk berusaha lebih, takut untuk keluar dari zona nyaman...
So, some people became invisible for us
Namun hal yang sama berlaku untuk semua orang.
Mungkin sekumpulan anak-anak yg kerjanya nongkrong-nongkrong di pinggir jalan pake motor korekan menutup mata pada orang-orang kantoran pulang kerja yg lewat di hadapan mereka, tapi mata mereka akan terbuka lebar ketika ada motor korekan lain yg lewat sambil bonti dua perempuan. *seriously you can imagine it kan 😂
Begitupula sekumpulan anak-anak sultan yang kaya raya, mereka menutup mata juga terhadap anak-anak sultan lainnya yang jauh lebih kaya raya daripada mereka.
Ataupun orang-orang yang hanya memikirkan hal duniawi, yang menutup mata terhadap orang-orang berbaju koko yg jalan ke Masjid ketika adzan maghrib berkumandang.
Jadi menurut gua inilah hal yang mengekang manusia.
Mengekang untuk berbuat baik, mengekang untuk berusaha lebih maju.
Terlalu nyaman dengan dunianya sendiri, tanpa peduli dengan dunia lainnya.
Takut membayangkan dunia dibawahnya, dan takut berusaha lebih untuk mencapai dunia di atasnya.
I do agree with the arguments, bi.
ReplyDeleteThankyou, who is this?
ReplyDelete